BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Matematika,
mendengar kata matematika apa yang kita pikirkan. Matematika sebagai suatu ilmu
yang mempelajari tentang ilmu hitung. Matematika disebut berbagai macam ilmu
namun satu yang terkesan yaitu matematika sebagai ilmu deduktif. Metode yang pencarian kebenaran yang
dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu
pengetahuan alam adalah metodeinduktif dan eksperimen. Walaupun dalam
mtematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi
sterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa di buktikan
dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat, teori
atau dalil itu dapat diterima kebenarannya sesudahnya dibuktikan secara
deduktif.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian matematika itu sendiri?
2. Apakah
yang disebut sebagai ilmu deduktif?
3. Apakah
matematika sebagai ilmu deduktif itu?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui arti dari matematika.
2. Untuk
mengetahui apa itu ilmu deduktif.
3. Untuk
mengetahui apakah yang disebut matematika sebagai ilmu deduktif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
MATEMATIKA
Kata matematika berasal dari
perkataan latin matematika yang mulanya diambil dari perkataan yunani
mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal kata dari
mathema yang berarti pengetahuan dan ilmu atau knowledge, science. Kata
mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu
mathein atau mathenein yang artinya belajar atau berpikir.
Jadi, berdasarkan asal katanya, maka
perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir atau
bernalar. Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio atau
penalaran, bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi
matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan
idea, proses, dan penalaran. Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam
dunianya secara empiris.[1]
B.
ILMU
DEDUKTIF
Pembelajaran matematika menggunakan
metode induktif. Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai tahap
perkembangan siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan
induktif.[2]
Pola pikir deduktif secara sederhana
dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum
diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus”. Pola pikir deduktif
ini dapat terwujud dalam bentuk yang amat sederhana tetapi juga dapat terwujud
dalam bentuk yang tidak sederhana.
Contoh 1 :
Banyak teorema dalam matematika yang
“ditemukan” melalui pengamatan-pengamatan khusus, misalnya Teorema Phytagoras.
Bila hasil pengamatan tersebut dimasukkan dalam suatu struktur matematika
tertentu, maka teorema yang ditemukan itu harus dibuktikan secara deduktif
antara lain dengan menggunakan teorema dan definisi terdahulu yang telah
diterima dengan benar.
Dari contoh prinsip diatas, bahwa urutan konsep yang lebih
rendah perlu dihadirkan sebelum abstraksi selanjutnya secara langsung. Supaya
hal ini bisa bermanfaat, bagaimanapun, sebelum kita mencoba mengkomunikasikan
konsep yang baru, kita harus menemukan apakontribusi konsepnya; dan begitu
seterusnya, hingga kita mendapat konsep primer yang lain. [3]
Ciri utama matematika adalah
penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh
sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya.[4]
C.
MATEMATIKA SEBAGAI ILMU DEDUKTIF
Matematika dikenal sebagai ilmu
deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi) dalam matematika
berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode
yang pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan
cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metodeinduktif dan
eksperimen. Walaupun dalam mtematika mencari kebenaran itu dapat dimulai
dengan cara induktif, tetapi sterusnya generalisasi yang benar untuk semua
keadaan harus bisa di buktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu
generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya
sesudahnya dibuktikan secara deduktif. Berikut adalah beberapa contoh
pembuktian dalil atau generalisasi pada matematika. Dalil atau generalisasi
dibenarkan dalam matematika karena sudah dapat dibuktikan secara deduktif.
yaitu, Bilangan ganjil ditambah bilangan ganjil adalah bilangan genap.
Pembuktian dengan cara induktif ini harus dibuktikan lagi dengan cara
deduktif. Pembuktian secara deduktif sebagai berikut :
Misalkan : a dan b adalah sembarangan bilangan bulat, maka
2a bilangan genap dan 2b bilangan genap, maka 2a + 1 bilangan 2b + 1 bilangan
ganjil. Jika dijumlahkan : (2a + 1 ) + (2b + 1)
= 2a + 2b + 2 = 2 (a + b + 1) = Karena a dan b bilangan
bulat maka (a + b + 1) juga bilangfan bulat, sehingga 2 (a + b + 1)
adalah bilangan genap.
Jadi bilangan ganjil + bilangan ganjil = bilangan genap
(generalisasi) Matematika yang merupakan ilmu deduktif, aksiomatik,
formal, hirarkis, abstrak, bahasa symbol yang padat arti dan semacamnya adalah
sebuah system matematika. Sistem matematika berisikan model-model yang dapat
digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata. Manfaat lain yang menonjol
adalah matematika dapat membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi
pola piker matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh
kecermatan. Selain mengetahui karakteristik matematika, guru SD perlu
juga mengetahui taraf perkembangan siswa SD secara baik dengan mempertimbangkan
karakteristik ilmu matematika dan siswa yang belajar. Anak usia SD sedang
mengalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya. Taraf berfikirnya belum
formal dan relatif masih kongkret, bahkan untuk sebagian anak SD kelas rendah
masih ada yang pada tahap pra-kongkret belum memahami hokum kekekalan, sehingga
sulit mengerti konsep-konsep operasi, seperti penjumlahan, pengurangan,
pembagian, dan perkalian. Sedangkan anak SD pada tahap berfikir kongkret sudah
bisa memahami hokum kekekalan, tetapi belum bisa diajak untuk berfikir secara
deduktif sehingga pembuktian dalil-dalil matematika sulit untuk dimengerti oleh
siswa. Siswa SD kelas atas (lima dan enam, dengan usia 11 tahun ke atas) sudah
pada tahap berfikir formal. Siswa ini sudah bisa berfikir secara deduktif.Dari
uraian di atas sudah jelas adanya perbedaan karakteristik matematika dan siswa
SD. Oleh karenanya diperlukan adanya kemampuan khusus dari seorang guru untuk
menjembatani antara dunia anak SD yang sebagian besar belum berfikir secara
deduktif untuk mengerti ilmu matematika yang bersifat deduktif. Apa yang
dianggap logis dan jelas oleh para ahli matematika dan apa yang dapat diterima
oleh orang yang berhasil mempelajarinya (termasuk guru). Bisa jadi merupakan
hal yang membingungkan dan tidak masuk akal bagi siswa SD. Problematika
pembelajaran matematika SD senantiasa menarik diperbincangkan mengingat
kegunaannya yang penting untuk mengembangkan pola piker dan prasyarat untuk
mempelajari ilmu-ilmu eksak lainnya, tetapi masih dirasakan sulit untuk diajarkan
secara mudah oleh guru dan sulit diterima sepenuhnya oleh siswa SD. Kegunaan
matematika bagi siswa SD adalah sesuatu yang jelas yang tidak perlu
dipersoalkan lagi, terlebih pada era pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dewasa ini. Hal yang terpenting untuk segera dipecahkan dalam masalah
pembelajaran matematika SD. Berpola pikir Deduktif namun pembelajaran dan pemahaman konsep dapat
diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi.[5]
Matematika
dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi)
dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang
lain. Metode yang pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif,
tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah
metodeinduktif dan eksperimen.
Walaupun
dalam mtematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara induktif,
tetapi sterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa di
buktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat,
teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya sesudahnya dibuktikan secara
deduktif.
Berikut
adalah beberapa contoh pembuktian dalil atau generalisasi pada matematika.
Dalil atau generalisasi dibenarkan dalam matematika karena sudah dapat
dibuktikan secara deduktif.
Contoh 1
Bilangan ganjil ditambah bilangan
ganjil adalah bilangan genap. Misalnya kita ambil beberapa buah bilangan
ganjil, bai ganjil positif atau ganjil negatif yaitu
1, 3, -5, 7.
+ 1 3 -5 -7
1 2 4 -4 6
3 4 6 -2 10
-5 -4 -2 -10 2
-7 8 10 2 14
Dari tabel diatas, terlihat bahwa untuk setiap bilangan dua
ganjil jika dijumlahkan hasilnya selalu genap. Pembuktian dengan cara induktif
ini harus dibuktikan lagi dengan cara deduktif.
Pembuktian
secara deduktif sebagai berikut :
Misalkan :
a dan b adalah sembarangan bilangan
bulat, maka 2a bilangan genap dan 2b bilangan genap genap, maka 2a + 1 bilangan
2b + 1 bilangan ganjil.
Jika
dijumlahkan :
(2a + 1 )
+ (2b + 1) = 2a + 2b + 2 = 2 (a + b + 1)
Karena a
dan b bilangan bulat maka (a + b + 1) juga bilangan bulat, sehingga 2 (a + b +
1) adalah bilangan genap.
Jadi bilangan ganjil + bilangan ganjil = bilangan genap
(generalisasi)
Contoh 2
Jumlah
ketiga sudut dalam sebuah segitiga sama dengan 1800.
Misalkan :
Siswa mengukur ketiga sudut sebuah
segititga dengan busur derajat dan menjumlahkan ketiga sudut tersebut, ternyata
hasilnya sama dengan 1800. Walaupun proses pengukuran dan penjumlahan ketiga
sudut ini diberlakukan kepada segitiga-segitiga yang lain dan hasilnya selalu sama
dengan 1800, tetap kita tidak dapat menyimpulkan bahwa jumlah ketiga sudut
dalam sebuah segitiga sama dengan 1800, sebelum membuktikan secara deduktif. Pembuktian
secara deduktif sebagai berikut :d c, a, b
5.Ð4 , Ð3
, Ð2 , Ð1 , ÐGaris
a // garis b, dipotong oleh garis c dan garis d, maka terbentuk
3 = 1800 (membentuk sudut lurus)Ð2
+ Ð1 + Ð
4 (sudut-sudut bersebrangan dalam)Ð1
= Ð
5 (sudut-sudut bersebrangan dalam)Ð3
= Ð
5 = 1800Ð2
+ Ð4 + Ð3 = Ð2 + Ð1 + ÐMaka :
5 merupakan jumlah dari ketiga buah sudut
padaÐ2 + Ð4 + ÐKarena sebuah segitiga, maka dapat disimpulkan bahwa
jumlah ketiga sudut dalam sebuah segitiga sama dengan 1800.
Kesimpulan yang didapat dengan cara deduktif ini barulah
dapat dikatakan dalil atau generalisasi. Dalil-dalil dan rumus matematika itu
ditentukan secara induktif (eksperimen), tetapi begitu suatu dalil ditemukan
maka generalisasi itu harus dibuktikan kebenarannya secara deduktif.
Pada pembelajaran matematika di SD pembuktian dengan cara
deduktif masih sulit dilaksanakan. Karena itu siswa SD hanya melakukan
eksperimen (metode induktif). Percobaan-percobaan inipun masih menggunakan
benda-benda konkrit (nyata). Untuk pembuktian deduktif masih sulit dilaksanakan
karena pembuktian deduktif lebih abstrak dan menuntut siswa mempunyai
pengetahuan-pengetahuan siswa yang sebelumnya.
Contoh :
Pada
pembuktian bilangan ganjil ditambah ganjil sama dengan bilangan genap siswa
harus sudah mengerti bilangan ganjil, genap, bulat dan dapat menyelesaikan
dalam bentuk umum bilangan-bilangan tersebut.
Matematika yang merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal,
hirarkis, abstrak, bahasa symbol yang padat arti dan semacamnya adalah sebuah
system matematika. Sistem matematika berisikan model-model yang dapat digunakan
untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata. Manfaat lain yang menonjol adalah
matematika dapat membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola
piker matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan. Selain
mengetahui karakteristik matematika, guru SD perlu juga mengetahui taraf
perkembangan siswa SD secara baik dengan mempertimbangkan karakteristik ilmu
matematika dan siswa yang belajar. Anak usia SD sedang mengalami perkembangan
dalam tingkat berfikirnya. Taraf berfikirnya belum formal dan relatif masih
kongkret, bahkan untuk sebagian anak SD kelas rendah masih ada yang pada tahap
pra-kongkret belum memahami hokum kekekalan, sehingga sulit mengerti
konsep-konsep operasi, seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan
perkalian. Sedangkan anak SD pada tahap berfikir kongkret sudah bisa memahami
hokum kekekalan, tetapi belum bisa diajak untuk berfikir secara deduktif
sehingga pembuktian dalil-dalil matematika sulit untuk dimengerti oleh siswa. Siswa
SD kelas atas (lima dan enam, dengan usia 11 tahun ke atas) sudah pada tahap
berfikir formal. Siswa ini sudah bisa berfikir secara deduktif.Dari uraian di
atas sudah jelas adanya perbedaan karakteristik matematika dan siswa SD. Oleh
karenanya diperlukan adanya kemampuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani
antara dunia anak SD yang sebagian besar belum berfikir secara deduktif untuk
mengerti ilmu matematika yang bersifat deduktif. Apa yang dianggap logis dan
jelas oleh para ahli matematika dan apa yang dapat diterima oleh orang yang
berhasil mempelajarinya (termasuk guru). Bisa jadi merupakan hal yang
membingungkan dan tidak masuk akal bagi siswa SD. Problematika pembelajaran
matematika SD senantiasa menarik diperbincangkan mengingat kegunaannya yang
penting untuk mengembangkan pola piker dan prasyarat untuk mempelajari
ilmu-ilmu eksak lainnya, tetapi masih dirasakan sulit untuk diajarkan secara
mudah oleh guru dan sulit diterima sepenuhnya oleh siswa SD. Kegunaan
matematika bagi siswa SD adalah sesuatu yang jelas yang tidak perlu
dipersoalkan lagi, terlebih pada era pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dewasa ini.[6]
BAB
III
PENUTUP
SIMPULAN
Jadi, matematika sebagai ilmu deduktif adalah Matematika
dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi)
dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang
lain. Metode yang pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif,
tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah
metodeinduktif dan eksperimen. Walaupun dalam mtematika mencari kebenaran
itu dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi sterusnya generalisasi yang
benar untuk semua keadaan harus bisa di buktikan dengan cara deduktif.
DAFTAR
PUSTAKA
http://faslahfals.blogspot.com/2012/10/karakteristik-matematika-dan-hakekat.htmlhttp://gemadidaktika.blogspot.com/2012/06/hakekat-pembelajaran-dalam-matematika.html
[1]http://arifinmuslim.wordpress.com/tag/matematika-di-sd-2/. Diakses pada
tanggal 16 desember 2013, jam 10.10 wita.
[2]http://asrulkarimpgsd.blogspot.com/2013/09/pembelajaran-matematika-di-sekolah.html.
diakses pada tanggal 16 desember 2013, jam 10.10 wita.
[3]http://faslahfals.blogspot.com/2012/10/karakteristik-matematika-dan-hakekat.html.
diakses pada tanggal 16 desember 2013, jam 10.10 wita.
[4]http://gemadidaktika.blogspot.com/2012/06/hakekat-pembelajaran-dalam-matematika.html.
diakses
pada tanggal 16 desember 2013, jam 10.10 wita.
[5]http://sharingposting.blogspot.com/2012/10/karakteristik-matematika-dan-peserta.html.
diakses
pada tanggal 16 desember 2013, jam 10.10 wita.
[6]http://arifinmuslim.wordpress.com/tag/matematika-di-sd-2/
.diakses pada tanggal 16 desember 2013, jam 10.10 wita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar