expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 28 Mei 2014

BAKTERI DAN VIRUS


BAB II
PEMBAHASAN
BAKTERI
A.    Dari Mana Asal Bakteri
Aristoteles (300 tahun yang lalu) bebpendapat makhluk-makhluk kecil itu terjadi begitu saja dari benda mati. Pendapat ini dianut pula oleh para Needham, seorang pendeta bangsa Irlandia yang selama 1745-1750 mengadakan eksperimen-eksperimen dengan pelbagai rebusan padi-padian, daging dan lain sebagainya. Meskipun air tebusan tersebut disimpannya rapat-rapat dalam botol tertutup namun timbullah mikroorganisme, dengan kata lain perkataan, kehidupan baru dapat timbul dari batang mati. Pendapat ini terkenal sebagai teori abiogenisis (a = tidak, bios = hidup, genesis = kejadian) atau teori generatio spontania (makhluk-makhluk baru itu terjadi begitu saja).
Spallanzani (1729-1799) dalam tahun 1768 membantah pendapat Aristoteles dan Neerdham dengan mengatakan, bahwa perebusan dan kemudian penutupan botol-botol berisi air rebusan yang dilakukan oleh Needham itu tidak sempurna. Spallanzani sendiri merebus sepotong daging sampai berjam-jam lamanya, kemudian air daging tersebut ditutup rapat-rapat dengan botol. Maka dengan perbuatan yang demikian  itu tidak diperoleh mikroorganisme baru. Hasil eksperimen Spallanzani ini belum meyakinkan benar, setengah orang pada waktu itu berpendapat, bahwa botol yang rapat itu tidak memungkinkan masuknya udara (oksigen) yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan mikroorganisme.
Shultze pada tahun 1836 memperbaiki eksperimen Spallanzani dengan mengalirkan udara lewat suatu asam ke dalam botol berisi kaldu yang telah direbus baik-baik terlebih dahulu. Schwan pada tahun 1837 membuat percobaan serupa itu juga dengan mengalirkan udara lewat pipa yang dipanasinya menuju kepada botol berisi kaldu yang telah dipanasi berjam-jam lamanya. Maka baik Shultze maupun Schwan tidak dapat menemukan mikrooganisme di dalam kaldunya. Namun orang masih menaruh keberatan terhadap eksperimen kedua sarjana tersebut dengan mengemukakan, bahwa udara yang lewat asam atau lewat pipa panas telah itu telah mengalami perubahan rupa, sehingga tidak memungkinkan timbulnya kehidupan makhluk-makhluk baru.
H. Schroeder dan Th. Von Dush (1854) menemukan suatu akal untuk menyaring udara yang menuju ke dalam botol berisi kaldu. Udara itu dilewatkan suatu pipa berisi kapas yang steril. Dengan demikian ini ia tidak dapat mendapatkan mikroorganisme baru di dalam kaldu, dan dengan demikian tumbanglah teori abiogenesis seperti yang dikemukakakn oleh Aristoteles dan Needham. Lebih meyakinkan lagi ialah percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur di dalam tahun 1865, di mana ia menggunakan suatu botol berisi kaldu dengan ditutup oleh suatu pipa yang melengkung seperti leher angsa. Dengan akal yang istimewa ini Pastur dapat meyakinkan kepada khalayak, bahwa tidak ada kehidupan yang baru yang dapat timbul dari barang mati. Maka disimpulkannyalah pendapat itu dengan ucapan Omne vivun ex ovo, mne ovon ex vivo, yang berarti “semua kehidupan itu berasal dari telur, dan semua telur itu berasal dari sesuatu yang hidup”. Pastur itu sebenarnya seorang sarjana kimia, akan tetapi jasa-jasanya di dalam bidang mikrobiologi demikian banyaknya,  sehingga selayaknyalah ia disebut seorang pelopor mikrobiologi.
Pernyataan Pastur di atas belum memberi jawaban atas pertanyaan di atas “dari mana asal bakteri”. Sesungguhnya, bahwa pernyataan ini hingga sekarang belum dapat dijawab. Pertanyaan ini identik dengan pernyataan “dari mana asal kehidupan”. Jawaban atas ini begantung kepada pandangan hidup seseorang, dan dengan demikian terletak di luar bidang ilmu pengetahuan atau science.
B.     Morfologi dan Sitologi Bakteri
Nama bakteri itu berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil (meskipun ada kecualinya), berkembang biak dengan pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop.
1.      Bentuk Bakteri
Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat digolongkan atas tiga golongan, yaitu golongan bacil, golongan kokus, dan golongan  spiril.     
Bacil (dari bacillus) yang berbentuk serupa tongkat pendek silindris. Sebagian besar bakteri berupa basil. Basil dapat bergandeng-gandengan dua-dua, atau terlepas satu sama lain. Yang bergandeng-gandengan panjang disebut streptosibal, yang dua-dua disebut diplobasil. Ujung-ujung basil yang telepas satu sama lain itu tumpul, sedang ujung-ujung yang masih begandengan itu tajam.
Kokus (dari coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang begandeng-gandengan panjang serupa tali leher, ini disebut streptokokus, ada yang begandengan dua-dua disebut diplokokus, ada yang mengelompok berempat ini disebut tetrakokus, yang mengelompok merupakan suatu untaian disebut stafilokokus, sedang kokus yang mengelompok serupa kubus disebut sarsina.
Spiril (dari spirilium) ialah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral itu tidak banyak terdapat. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika dibandingkan dengan golongan kokus maupun basil.


2.      Besar Kecilnya Bakteri
Pada umumnya bakteri itu kecil sekali, sehingga kita memerlukan mikroskop untuk dapat mengamatinya. Ada juga bakteri yang besar dapat kita lihat dengan tidak usah menggunakan mikroskop. Akan tetapi untuk mengamati sifat morfologinya lebih teliti tetap kita perlukan mikroskop.
Kokus ada yang berdiameter 0,5 , ada pula yang berdiameter sampai 2,5 µ. Basil ada yang lebarnya antara 0,2 sampai 2,0 µ, sedang panjangnya ada yang 1 sampai 15 µ ukuran-ukuran yang menyimpang dari ketentuan ini banyak pula. Pengukuran besar kecilnya bakteri itu perlu didasarkan pada standard yang sama. Pada umumnya bakteri yang umurnya 2-6 jam itu ternyata lebih besar daripada bakteri yang umurnya lebih dari 24 jam.
3.      Susunan Sel Bakteri
Lazimnya orang berpendapat, bahwa pada sel bakteri itu ada dinding luar, ada sitoplasma dan bahan inti. Dinding luar terdiri atas 3 lapisan, dari luar ke dalam berturut-turut yaitu lapisan lender, dinding sel, dan membran sitoplasma.
Lapisan lender, Kebanyakan bakteri mempunyai lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel seluruhnya. Jika lapisan lendir ini yang cukup tebal,  maka bungkus itu disebut kapsula. Lendir ini tidak mudah menghisap zat warna. Hanya dengan pewarnaan yang khusus, lapisan lender itu dapat diperlihatkan. Lapisan lender terdiri atas karbohidrat. Pada beberapa spesies tertentu, lendir ini juga mengandung unsure N atau P. Lendir ini bukan suatu bagian integral dari sel, melainkan suatu hasil pertukaran “benteng” untuk bertahan. Bolehlah dipastikan, bahwa kebanyakan bakteri yang mempunyai kapsula itu termasuk golongan bakteri yang ganas (virulent) sekali. Kapsula itu bagi manusia berguna sebagai ciri untuk mengenal spesiesnya, jadi menolong identifikasinya.
Dinding sel bakteri dapat terdiri atas bermacam-macam bahan organik seperti selulosa, hemiselulosa, khitin (yaitu karbohidrat yang mengandung unsur N), hal itu bergantung kepada spesies bakteri. Zat-zat itulah yang menyebabkan kebanyakan sarjana menggolongkan bakteri ke dalam dunia tumbuhan. Fungsi dinding sel ialah untuk memberi bentuk tertentu pada sel, untuk memberi perlindungan, untuk mengatur keluar-masuknya zat-zat kimia, lagi pula dinding sel memegang peranan dalam pembelahan sel.
Membrane sel (nama lain ialah plasmolema atau lapisan hialin) merupakan bungkus dari protoplasma, dan membran ini ikut menyusut bersama-sama dengan menyusutnya protoplasma pada waktu mengalami plasmolisis. Plasmolema terdiri atas protein dan lipida, mudah menghisap zat warna yang alkalis. Oleh karena itu plasmolema diperlihatkan dengan suatu teknik pewarnaan tertentu. Plasmalema juga memegang peranan di dalam pembelahan sel.
4.      Flagel
Banyak spesies yang dapat bergerak, akan tetapi banyak pula yang tidak dapat bergerak. Bakteri belerang dan Myxobakteri dapat bergerak dengan menjalar, akan tetapi cara penggerakan semacam itu belumlah diketahui dengan jelas. Kita telah mengetahui adanya bakteri yang dapat bergerak kemana-mana dengan menggunakan flagel (dari kata flagellum flagellum yang berarti bulu cambuk). Dari golongan kokus tidaklah banyak yang dapat bergearak. Mereka yang bergerak mempunyai satu sampai lima flagel. Dari golongan spiril banyak yang dapat bergerak karena mempunyai flagel pada salah satu atau kedua ujung sel. Golongan basil  yang dapat bergerak mempunyai flagel yang tersebarbaik pada ujung-ujung maupun pada sisi. Berdasarkan tempat kedududukan flagel itu, orang mengadakan klasifikasi sebagai berikut:
a.       Jika flagel hanya satu, dan flagel itu melekat pada ujung sel, maka bakteri itu disebut monotorik.
b.      Jika flagel yang melekat pada salah satu ujung itu banyak, maka bakteri itu disebut lofotrik.
c.       Jika banyak flagel melekat pada kedua ujung sel, maka bakteri itu disebut amfitrik.
d.      Jika flagel tersebut dari ujung-ujung sampai pada sisi, maka bakteri itu disebut peritrik.
e.       Jika suatu spesies tidak mempunyai glagel sama sekali, maka bakteri itu disebut atrik.
Karena ada bukti-bukti, bahwa bakteri yang amfitrik itu sebenarnya bakteri yang sedang atau akan membelah diri, maka timbullah pendapat baru untuk mengadakan dua klasifikasi saja mengenai kedudukan flagel, yaitu flagel terminal yang terdapat pada ujung saja, dan flagel lateral.
Pada umumnya lebar (diameter) flagel itu kurang dari pada 0,1 µ, dan ini hanya dapat dilihat dengan mikroskop electron atau dengan suatu cara pewarnaan yang khusus.
VIRUS
1.      Sejarah Virus
Virus jauh lebih kecil daripada bakteri dan oleh karena itu menerobos saringan bakteri dengan mudahnya. Kebanyakan virus berukuran antara 2-20 mµ, jadi, virus hanya tampak dengan mikroskop electron. Namun ada bebrapa virus yang berukuran lebih dari 300 mµ. Hingga sekarang orang belum berhasil memelihara virus di luar sel hidup dan oleh banyak orang memandangnya sebagai “jembatan” antara benda-benda mati dan makhluk hidup. Nama metaorganisme diberikan kepadanya.
Berdasakan inang yang didiami maka diadakanlah penggolongan sebagai virus tanaman, virus hewan, dan virus bakteri. Virus tanaman telah dahulu ditemukan daripada virus-virus yang lain. Sarjana yang pertama kali mempublikasikan hasil penelitiannya mengenai penyakit bercak-bercak kuning (mosaik) pada daun tembakau ialah Adolf Mayer di Nederland pada tahun 1885. Dari penelitiannya yang dilakukan sejak 1870 diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a)      Daun tembakau yang berbelang-belang kuning mengandung zat yang kalau disuntikkan kepada daun sehat, maka zat itu menyebabkan timbulnya gejala-gejala penyakit mosaik. Kalau zat itu hanya dioleskan saja, maka daun sehat tidak menjadi berpenyakit karenanya.
b)      Zat tersebut menembus kertas saring sekalipun rangkap dua.
c)      Zat tersebut tahan suhu 60 , akan tetapi akan menjadi non-aktif setelah dipanasi 80  selama 10 menit.
Iwannowski (1892) dan Beyrinck (1899) adalah sarjana-sarjana yang biasanya disebut-sebut juga mengetahui adanya vitus tanaman pada daun tembakau, virus ini menyebabkan belang-belang yang terkenal sebagai penyakit mosaik daun. Hasil penelitian mereka menguatkan apa yang telah dilaporkan Adulf Mayer.
Dalam tahun 1897, Loffer dan Frosch menemukan virus hewani yang menyebabkan penyakit mulut dan kukupada ternak. Read (1900) menemukan virus yang menyebabkan penyakit demam kuning pada manusia. Virus ini menular dari seorang ke seorang lain dengan perantaraan nyamuk Aedes.
Akhir-akhir ini di kota-kota maupun di desa-desa di Tanah Air timbul penyakit yang terkenal sebagai demam berdarah. Penyakit ini minta banyak korban. Demam berdarah disebabkan oleh virus, dan menular dari seorang ke seorang lain dengan perantaraan nyamuk dari genus Aedes. Penyakit-penyakit lain disebabkan oleh virus ialah poliomyelitis, influenza, campak,cacar, rabies, dan beberapa lainnya lagi.
2.      Morfologi Virus
Bentuk virus paa umumnya berbentuk hablur, ada yang serupa kotak berbidang banyak (polyhedron), ada yang serupa bola dan ada pula yang serupa batang daun. Tubuh virus terdiri atas kulit yang berbentuk protein semata-mata, dan isi tubuh ada yang serupa AND atau ARN saja.
Virus tanaman berisi ARN atau AND, virus hewani dapat mengandung ARN atau AND. Bentuk dari isi berbagai virus dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
Virus
Ukuran
Bentuk
Asam nukleat
Mosaik tembakau
180x 300
jarum
ARN
Kerdil tomat
300 Å
bola
ARN
Poliomamyelitis
270 Å
bola
ARN
Influenza
800Å
bola
ARN
Cacar
280x220x220Å
kotak
ARN
            Virus yang paling banyak diselidiki ialah fage yang hidup sebagai parasit pada bakteri kolon. Ada dikenal sekarang 7 jenis fage yang morfologinya tidak banyak berbeda, akan tetapi secara serologi mereka menunjukkan perbedaan yang nyata.            
3.      Penularan Virus
Virus suatu tumbuhan dapat menular kepada tumbuhan lain yang umumnya sejenis dengan perantaraan serangga yang menusuk atau menggigit penularan dapat juga terjadi lewat sistem temple (okulasi), sistem sambung (kopuasi), lewt tumbuhan parasit seperti tali putri (Cassytha) dan kadang-kadang dapat juga lewat biji.
Gejala-gejala daun yang terserang virus dimulai dengan memutihnya tulang-tulang daun, timbulnya bundaran-bundaran yang menguning, memutih (klorosis) sampai terjadinya kematian sel-sel jaringan. Kerdil dan kematian daun yang masih sangat muda serta timbulnya bengkak atau kutil-kutil pada akar atau batang, menggulung atau berkerutnya daun juga merupakan gejala serangan virus.
Virus hewan dan virus manusia dapat menular dari hewan atau manusia yang satu kepada hewan atau manusiayang lain, karena kontak yang sangat dekat, dapat juga lewat gigitan serangga, tikus, anjing dan sebagainya. Virus yang menyebabkan penyakit demam kuning, demam berdarah masih kelompok Arbovirus yang penularannya dengan perantaraan nyamuk Aedes aegpyt. Virus yang menyebabkan penyakit cacar, penyakit ini dinyatakan tidak ada lagi di Indonesia, masuk kelompok Poxvirus yang penularannya lewat percikan bersin seorang penderita atau lewat debu yang mengandung serbuk kerak-kerak dari lukanya. Infeksi pada hati (hepatitis) yang oleh orang awam disebut penyakit “liver”bisa disebabkan oleh virus dari berbagai kelompok. Penularan bisa lewat kontak jasmani, bisa juga lewat transfuse darah. Virus penyebab tumor baik sarkona maupun karsinom masuk dalam kelompok Oncornavirus yang masih diperlukan banyak penelitian. Vaksin, serum, obat-obatan beupa senyawa kimia, antibiotic, dan radiasi serta operasi merupakan seperangkat usaha untuk memerangi tumor atau kanker.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar