expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 26 Mei 2014

JENIS LAYANAN DAN KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING”


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Bimbingan sebagai program kegiatan disekolah memiliki layanan dan fungsi bimbingan adalah usaha untuk membantu siswa agar yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, dapat menentukan keputusannya sendiri secara tepat dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta dapat memecahkan kesulitan-kesulitan hidupnya. Selanjutnya, yang menjadi persoalan adalah bagaimana dan dalam bentuk apa usaha maupun layanan yang diberikan kepada siswa tersebut sehingga bimbingan benar-benar bermanfaat bagi siswa.
  1. Rumusan masalah
  1. Apa saja jenis layanan dan kegiatan yang terdapat dalam bimbingan konseling?
  2. Jelaskan pengertian dan tujuan layanan tersebut?
  3. Jelaskan jenis dan metode serta pelaksanan layanan tersebut?










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Layanan orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru  dimasukinya. Pemberian layanan ini bertolak dari anggapan bahwa memasuki lingkungan baru bukannlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan mudah dan menyenangkan  bagi setiap orang. Ibarat seseorang yang baru pertama kali datang ke sebuah kota besar, maka ia berada dalam keadaan serba  “buta”, buta tentang arah yang hendak dituju, buta tentang  jalan-jalan, dan buta tentang itu dan ini. Akibat dari kebutaannya  itu, tidak  jarang ada yang tersesat dan tidak mencapai apa yang hendak ditujunya. Demikian juga bagi siswa baru di sekolah  dan atau bagi orang-orang yang baru memasuki suatu dunia kerja, mereka belum banyak mengenal tentang lingkungan yang baru dimasukinya.[1]
                 Hasil  yang diharapkan dari layanan orientasi ialah mempermudah penyesuaian diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Demikian juga orang tua siswa dengan memahami kondisi, situasi dan tuntutan sekolah anaknya akan dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar anaknya. Dengan demikian dapat dipahami ahwa fungsi utama yang didukung oleh layanan orientasi ini adalah  fungsi pemahaman dan pencegahan[2].

1.      Layanan orientasi di sekolah
Bagi siswa, ketidakkenalan atau ketidaktahuannya terhadap lingkungan lembaga pendidikan (sekolah) yang di sekolah baru dimasukinya itu dapat memperlambat kelangsungan proses belajarnya kelak. Bahkan lebih jauh dari itu dapat membuatnya tidak mencapai hasil belajar yang diharapkan. Oleh sebab itu, mereka perlu diperkenalkan dengan berbagai hal tentang lingkungan lembaga pendidikan yang baru itu.
     Individu yang memasuki lingkungan baru perlu segera dan secepat mungkin memahami lingkungan barunya itu. Hal-hal yang perlu diketahui itu pada garis besarnya adalah keadaan lingkungan fisik (seperti gedung-gedung, peralatan, kemudahan-kemudahan fisik), materi dan kondisi kegiatan (seperti jenis kegiatan, lamanya kegiatan berlangsung, syarat-syarat bekerja, suasana kerja), peraturan dan berbagai ketentuan lainnya (seperti disiplin,hak dan kewajiban), jenis personal yang ada, tugas masing-masing dan saling hubungan di antara mereka. Untuk lingkungan sekolah misalnya materi orientasi yang mendapat penekanan adalah:
a.       Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya
b.      Kurikulum yang ada
c.       Penyelenggaraan pengajaran
d.      Kegiatan belajar siswa yang diharapkan
e.       Sistem penilaian,ujian,dan kenaikan kelas
f.       Fasilitas dan sumber belajar yang ada (seperti ruang kelas,laboratorium,perpustakaan,ruang praktek)
g.      Fasilitas penunjang (sarana olahraga dan rekreasi,pelayanan kesehatan,pelayanan bimbingan dan konseling,kafetaria,dan tata usaha)
h.      Staf pengajar dan tata usaha
i.        Hak dan kewajiban siswa
j.        Organisasi siswa
k.      Organisasi orang tua siswa
l.        Organisasi sekolah secara menyeluruh.

2.      Metode Layanan Orientasi Sekolah
Keluasan dan kedalaman masing-masing pokok materi di atas yang disampaikan kepada siswa disesuaikan dengan jenjang sekolah dan tingkat perkembangan anak. Untuk anak-anak yang baru memasuki kelas satu SD, tentulah materi-materi tersebut tidak perlu (dan tidak dapat) disampaikan kepada anak-anak yang masih sangat muda. Pokok-pokok materi itu sebaiknya disampaikan kepada orang tua murid. Pemahaman orang tua terhadap berbagi materi itu akan membantu mereka memberikan kemudahan dan pelayanan kepada anak-anak mereka untuk dapat mengikuti pendidikan di SD dengan sebaik-baiknya.


3.      Layanan orientasi di luar sekolah
                 Demikian juga indinidu-individu yang memasuki lingkungan baru di luar (seperti pegawai baru, anggota baru suatu organisasi, bekas narapidana yang kembali kemasyarakat setelah sekian lama menjalani masa hukumannya, dan tidak terkecuali pengantin baru) memerlukan orientasi tentang lingkungan barunya itu. Dengan orientasi itu proses penyesuaian diri atau penyesuaian diri kembali akan memperoleh sokongan yang amat berarti.
                 Cara penyajian orientasi di luar sekolah sangat tergantung pada jenis orientasi yang diperlukan dan siapa yang memerlukannya. Lembaga-lembaga seperti “Badan Penasihat Perkawinan”, “Pusat Rehabilitasi Narapidana”, ”Pusat Orientasi Tenaga Kerja”, dan lain-lain dapat dibentuk dan konselor menjadi tenaga ahli serta penggerak lembaga bantuan khusus dimasyarakat itu.[3]
4.      Tujuan layanan orientasi disekolah
Pada bidang bimbingan ini layanan orientasi berperan dalam pemberian pengenalan diantaranya:
a)      Memberikan kemudahan penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan sosial
b)      Penyesuaian kehidupan belajar serta kegiatan lain yang mendukung keberhasilan    siswa.
c)      Memberikan pemahaman kepada orang tua siswa mengenai kondisisituasi dan tuntutan sekolah anaknya agar dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar anaknya.
Pelaksanaan Layanan Orientasi       
  Layanan orientasi dapat diselenggarakan melalui berbagai cara seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi yang selanjutnya dilengkapi dengan peragaan, selebaran, tayangan foto, atau video atau peninjauan ketempat yang dimaksud(misalnya ruang kelas, labolatorium, perpustakaan dan lain-lain) meskipun materi orientasi dapat diberikan oleh guru pembimbing, kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, namun seluruh kegiatan itu direncanakan oleh guru pembimbing. Pemberian materi orientasi kepada sekelompok siswa atau orang tua siswa dalam bentuk:



1.      Pertemuan umum
Pada kegiatan ini di ikuti oleh sejumlah besar siswa, misalnya pada saat masa orientasi siswa dimana pada saat tersebut semua siswa diberikan materi-materi yang berkaitan dengan kondisi lingkungan yang akan mempengaruhi proses belajar siswa.
2.      Pertemuan klasikal (diikuti oleh parasiswa dari kelas tertentu)
  Program yang di rancang konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas. Dilakukan secara terjadwal, biasanya berupa diskusi kelas atau brain storming (curhat pendapat). Misalnya, seorang konselor yang memberikan pengenalan mengenai mata pelajaran di kelas IPS
3.      Pertemuan kelompok ( diikuti oleh sejumlah peserta yang terbatas).
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompok kecil (5-10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini adalah masalah yang bersifat umum ( common problem) dan tidak rahasia.
Misalnya cara-cara belajar efektif, kiat- kiat menghadapi ujian dan mengelola setres.
Bentuk pertemuan tertentu yang dihadiri para siswa atau orang tua siswa disesuaikan jenis materi dan sifat orientasi yang disampaikan. Demikian juga pembicara, ada materi yang disampaikan pada guru pembimbing, kepala sekolah, wali kelas atau guru mata pelajaran. Dalam layanan orientasi personil sekolah berperan saling melengkapi, sehingga para siswa dan orang tua siswa memperoleh ganbaran yang lengkap dan satuan tentang satuan jenjang atau periode pendidikan yang baru mereka masuki.

B.     Layanan Informasi
Layanan informasi adalah layanan bimbingan yang berupa pemberian penerangan, penjelasan, pengarahan. Informasi yang perlu disampaikan kepada siswa terutama mengenai hal-hal yang amt berguna bagi kehidupan siswa, namun hal itu jarang dibicarakan dalam mata pelajaran, misalnya informasi mengenai sistem belajar, informasi mengenai jurusan, informasi mengenai kelanjutan studi, cara bergaul dengan teman, cara membuat ringkasan, dan informasi mengenai jenia-jenis pekerjaan. Layanan informasi umumnya disampaikan dalam bentuk kelompok. Layanan ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petugas bimbingan untuk membekali siswa pengetahuan, pemahaman tentang lingkungan hidup, proses perkembangan, pendidikan pekerjaan, dan sebagainya agar mereka dapat mengatur dirinya sendiri dan merencanakan kehidupannya sendiri.[4]

1.Tujuan layanan informasi
              Tujuan pemberian informasi diadakan untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta di bidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan dan bidang perkembangan pribadi-sosial, supaya mereka dengan belajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri. Progaram bimbingan yang tidak memberikan program layanan pemberian informasi akan mengahalangi peserta didik untuk berkembang lebih jauh, karena mereka membutuhkan kesempatan untuk mempelajari data dan fakta yang dapat mempengaruhi Jalan hidupnya.
              Ada tiga alasan pokok mengapa layann pemberian informasi merupakan usaha vital dalam keseluruhan program bimbingan yang terencana dan terorganisasi. Pertama, siswa membutuhkan informasi yang relevan sebagi persiapan memangkusuatu jabatan di masyarakt. Dengan memiliki pengetahuan yang tepat mungkinlah bahwa jumlah pilihan yang dapat mereka pertimbangkan bertambah. Kedua,pengetahuan yang tepat dan benar membantu siswa untuk berpikir lebih rasional tentang perencanaan masa depan dan tuntunan penyesuaian diri dari pada mengikuti sembarang keinginan saja tanpa memperhitungkan kenyataan dalam lingkungan hidupnya. Informasi yang relevan dapat membebaskan siswa dari keterikatan pada pola berpikir yang kaku, dan sekaligus memperluas cakrawala pandangannya. Ketiga, informasi yang sesuai dengan daya tangkapnya menyadarkan akan hal-hal yang tetap dan stabil, serta hal-hal yang akan berubah dengan bertambahnya umur dan pengalaman.
2. Jenis-jenis informasi
a. informasi pendidikan
     dalam bidang pendidikan banyak individu yang berstatus siswa atau calon siswa yang dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau kesulitan. Diantara masalah atau kesulitan tersebut berhubungan dengan (a)Pemilihan program studi, (b)Pemilihan sekolah, fakultas dan jurusannya, (c)Penyesuaian diri dengan program studi, (d)Penyesuaian diri terhadap suasana belajar, dan (e)Putus sekolah. Mereka membutuhkan adanya keterangan atau informasi untuk dapat membuat pilihan dan keputusan secara bijaksana.
b. informasi jabatan
     saat-saat transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja sering merupakan masa yang sangat sulit bagi banyak orang muda. Kesulitan itu terletak tidak saja dalam mendapatkan jenis pekerjaaan yang cocok, tetapi juga dalam penyesuain diri dengan suasana kerja yang baru dimasuki dan pengembangan diri selanjutnya.
c. informasi sosial budaya
     masyarakat indonesia dikatakan juga masyarakt majemuk, karena berasal dari berbagai suku berbagai suku bangsa, agama dan adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini sering pula membawa perbedaan dalam pola dan sikap hidup sehari-hari. Namun demikian, perbedaan –perbedaan itu tetap dalam kesatuan sebagaiman tertera dalam Lambang Negara Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”. Perbedaan-perbedaan yang dimiliki itu hendaknya tidak mengakibatkan masyarakatnya bercerai-cerai, tetapi justru menjadi sumber inspirasi dalam hidup bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, yang dapat hidup berdampingan antara yang satudengan yang lain.
3. metode layanan informasi di sekolah
            Pemberian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti metode ceramah, diskusi panel, wawancara, karyawisata, alat-alat peraga dan alat-alat bantu lainnya, buku panduan, kegiatan sanggar karir, sosiodrama.[5]

C.              Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan  penempatan  ialah  pada  waktu  siswa  melewati  masa  peralihan  antara  situasi sekolah  berikutnya,  pemilihan dan  penempatan  jurusan, pemilihan kegiatan ekstrakurikuler, sekolah sambungan, dan penempatan pada layanan kerja. (Elia Flurentin) Layanan penempatan dan penyaluran merupakan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno  layanan penempatan adalah: “Suatu kegiatan bimbingan yang dilakukan untuk membantu individu atau kelompok yang mengalami mismatch (ketidaksesuaian antara potensi dengan usaha pengembangan), dan penempatan individu pada lingkungan yang cocok bagi dirinya serta pemberian kesempatan kepada individu untuk berkembang secara optimal”.
Layanan penempatan dan penyaluran bermanfaat untuk menghindari ketidaksesuaian antara bakat dan usaha untuk mengembangkan bakat tersebut. Senada dengan pendapat diatas, Purwoko menjelaskan bahwa: “Layanan penempatan dan penyaluran adalah “serangkaian kegiatan bantuan yang diberikan kepada siswa agar siswa dapat menempatkan dan menyalurkan segala potensinya pada kondisi yang sesuai”.
Kedua pendapat diatas, mensiratkan bahwa layanan penempatan dan penyaluran membantu siswa untuk dapat menyesuaikan potensi dan bakatnya dengan usaha yang dilakukan. Pendapat yang sama juga di kemukakan oleh Mulyadi  yang menjelaskan bahwa: “Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program studi, program latihan, magang, kegiatan kolektra kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya”. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan penempatan dan penyaluran adalah layanan bimbingan dan konseling yang membantu siswa mengembangkan dan menyalurkan bakat, minat , dan potensi yang dimiliki secara tepat dan sesuai.
1.Manfaat layanan penempatan dan penyaluran    
 Membantu siswa agar mampu menempatkan, menyalurkan dan merealisasikan dirinya pada keadaan posisi yang tepat. Menyalurkan segala kemampuan, bakat dan minat yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat berkembang secara optimal dan memperoleh kepuasaan. Memberikan kemudahan bagi guru dalam pengelolaan kelas dan program pengajaran. Layanan penempatan dan penyaluran harus dilaksanakan secara obyektif dan rasional oleh karena itu perlu kegiatan pendukung berupa aplikasi instrumen dan pengumpulan data.[6]
D.           Layanan Pembelajaran (Bimbingan Belajar)
Layanan pembelajaran atau bimbingan belajar yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.
  Materi kegiatan layanan bimbingan belajar meliputi:
  1. Mengembangkan pemahaman tentang diri, terutama pemahaman sikap, sifat, kebiasaan, bakat, minat, kekuatan-kekuatan dan penyalurannya, kelemahan-kelemahan dan penanggulangannya, dan usaha-usaha pencapaian cita-cita/perencanaan masa depan.
  2. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bertingkah laku dalam hubungan sosial dengan teman sebaya, guru, dan masyarakat luas.
  3. Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam disiplin belajar dan berlatih secara efektif dan efisien.
  4. Teknik penguasaan materi pelajaran, baik ilmu pengetahuan teknologi, dan kesenian.
  5. Membantu memantapkan pilihan karier yang hendak dikembangkan melalui orientasi dan informasi karier, orientasi dan informasi dunia kerja dan perguruan tinggi yang sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.[7]
E.            Layanan konseling perorangan
Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapat layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan permasalahan pribadi yang dideritanya.
Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar klien memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungnnya, permasalahan yang dialami,kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga klien mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain, konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami klien.

F.     Layanan konseling kelompok
Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari.
Secara umum layanan ini bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa). Secara lebih khusus , layanan ini bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal para siswa.
G.    Kegiatan-kegiatan pendukung pelayanan bimbingan dan konseling
Layanan BK di sekolah dan madrasah tidak akan dapat dilaksanakan  secara efektif dan tujuannya tercapai sesuai apa yang direncanakan tanpa kegiatan-kegiatan pendukung. Dengan perkataan lain, agar layanan BK di sekolah dan madrasah lebih efektif dan mencapai hasil sesuai yang direncanakan, maka harus didukung oleh kegiatan-kegiatan pendukung pelayanan BK. Adapun kegiatan-kegiatan pendukung pelayanan bimbingan konseling di sekolah dan madrasah adalah: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan  alih tangan kasus.
a.      Aplikasi instrumentasi
Aplikasi  instrumentasi dapat bermakna upaya pengungkapan melalui pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu.
Kondisi dalam diri klien (siswa) perlu melalui aplikasi instrumentasi dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling untuk memperoleh pemahaman yang tentang klien (siswa) secara lebih tepat. Upaya pengungkapan sebagai aplikasi instrumentasi dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Hasil aplikasi instrumen selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan serta disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan  secara tepat kepada klien dalam bentuk layanan dan konseling.
Secara umum, tujuan aplikasi instrumentasi adalah diperolehnya data tentang kondisi tertentu atas diri klien (siswa). Data yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Dengan data tersebut, penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling khususnya di sekolah dan madrasah akan lebih efektif dan efisien.[8]
b.      Himpunan data
Data merupakan diskripsi atau gambaran, keterangan atau catatan tentang sesuatu. Dikaitkan dengan siswa, dan bisa berarti deskripsi atau gambaran, keterangan atau catatan tentang siswa. Himpunan data dapat bermakna suatu upaya penghimpunan, pengolongan –penggolongan, dan pengemasan data dalam bentuk tertentu. Himpunan data juga bermakna usaha untuk memperoleh data tentang peserta didik, menganalisis dan menafsirkan, serta menyimpannya.
Penyelenggaraan himpunan data bertujaun untuk memperoleh pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik dan membantu siswa memperoleh pemahaman diri sendiri. Penyelenggaraan  himpunan data juga bertujuan  untuk menyediakan data yang berkualitas dan lengkap juga bertujuan untuk menyediakan data yang berkualitas dan lengkap guna menunjang penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan adanya himpunan data yang berkualitas dan lengkap, diharapkan pelaksanaan berbagi jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dapat terselenggara secara efektif dan efisien[9]


c.       Konferensi kasus
   Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang dilakukan oleh pembimbing atau konselor guna membahas suatu permasalahan dan arah pemecahannya. Konferensi kasus direncanakan dan dipimpin oleh pembimbing atau konselor, dihadiri oleh pihak-pihak yang terkait dengan kasus dan upaya pemecahannya. Pihak-pihak yang terkait diharapkan memiliki komitmen yang tinggi untuk teratasinya kasus secara baik dan tuntas.
Sesuai dengan sifatnya yang kasus, pertemuan konferensi kasus bukan pertemuan formal, adalam arti berdasarkan surat keputusan tertentu. Penyelenggaraan kasus tidak terikat pada jumlah peserta tertentu, waktu dan jadwal pertemuan tertentu, serta keharusan membuat surat keputusan tertentu. Konferensi kasus merupakan pertemuan terbuka dalam arti terbuka untuk kasus yang dibaha,terbuka dari segi pihak-pihak yang diundang, terbuka dalam waktu penyelenggaraan, terbuka dalam dinamika kegiatan, dan terbuka dalam hasil-hasilnya, namun tetap menjunjung tinggi norma-norma dan kaidah-kaidah, prinsip-prinsip, dan asas-asas pelayanan bimbingan dan konseling.
      Secara umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan kasus (masalah tertentu) dalam rangka pemecahan masalah.[10]
d.      Kunjungan rumah
      Kunjungan rumah bisa bermakna upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam  kaitannya dengan permasalahan individu atau siswa yang menjadi tanggung jawab pembimbing atau konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Kunjungan rumah dilakukan apabila data siswa untuk kepentingan pelayanan bimbingan dan konseling belum atau tidak diperoleh melalui wawancara dan angket. Selain itu, kujungan rumah juga perlu dilakukan untuk melakukan cek silang berkenaan dengan data yang diperoleh melalui angket dan wawancara.
  Secara umum, kunjungan rumah bertujuan untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat tentang siswa berkenaan dengan masalah yang dihadapinya. Selain itu juga bertujuan untuk menggalang komitmen antara orang tua dan anggota keluarga lainnya dengan pihak sekolah atau madrasah, khususnya berkenaan dengan pemecahan masalah klien. Menurut winkel (1991), kunjungan rumah bertujuann untuk mengenal lebih dekat lingkungan hidup siswa sehari-hari.[11]
e.       Alih tangan kasus
Bagaimanapun konselor atau pembimbing adalah manusia biasa yang selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. Tidak semua masalah siswa berada dalam pengetahuan pembimbing atau konselor untuk memecahkannya. Demikian juga tidak semua kasus atau masalah siswa berada dalam kewenangan konselor atau pembimbing untuk pemecahannya baik secara keilmuwan maupun profesi. Adakalanya kasus-kasus tertentu berada dalam kewenangan keilmuan psikologi, dan penanganannya merupakan kewenangan psikolog atau psikiater.
Secara umum alih tangan kasus atau layanan rujukan bertujuan untuk memperoleh pelayanan yang optimal dan pemecahan masalah klien secara lebih tuntas.[12]








BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
                      Dari pembahasan di atas, dapat pemakalah simpulkan bahwa kegiatan-kegiatan layanan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan bimbingan dan konseling terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik.
Jenis-jenis layanan kepada peserta didik tersebut berupa layanan orientasi, layana informasi, layanan penempatan dan penyaluran, serta layanan pembelajaran. Layanan orientasi merupakan layanan BK yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain memahami lingkungan yang baru dimasukinya.
Layanan informasi merupakan layanan BK berupa pemberian informasi kepada peserta didik tentang keadaan dirinya, program-programnya, rencana karirnya, serta lingkungannya yang berguna sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.
Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan BK yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat sesuai dengan potensi, bakat, dan minat serta kondisi pribadinya. Sedangkan layanan pembelajaran merupakan layanan BK yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.
kegiatan –kegiatan pendukung pelayanan bimbingan konseling di sekolah dan madrasah adalah: aplikasi instrumentasi, himpunana data, konferensi kasus, kunjungan rumah, data alih tangan kasus
Dari ke semua layanan tersebut, pada akhirnya, kerja keras dan kesungguhan para guru dalam melaksanakan tugas bimbingan dan konseling, merupakan kunci utama keberhasilan tujuannya, yang pada gilirannya diharapkan mampu berkonstribusi terhadap terwujudnya daya manusia Indonesia yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno dan Erman Amti.2004.Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Winkel,W.S dan M.M. Sri Hastuti.2004. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Media Abadi.

A, Hallen. 2005. Bimbingan & Konseling. Jakarta: Quantum Teaching

Sukardi, Dewa ketut.1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta:Rineka Cipta

Mu’awana, Elfi dan Rifa Hidayah.2009.Bimbingan Konseling Islami. Jakarta:Bumi Aksara

Tohirin.2007. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada






[1] Prof.Dr. H Prayitno, M.Sc.Ed dan Drs.Erman Amti,Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling(Jakarta:PT.Rineka Cipta,2004),hal 255-256
[2] Dra.Hallen A.,M.Pd,Bimbingan & Konseling,(Jakarta:Quantum Teaching,2005), hal 76
[3] Prof.Dr. H Prayitno, M.Sc.Ed dan Drs.Erman Amti,Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Op.cit,hal 256-259
[4] Elfi mu’awanah, S.Ag., M.pd dan Rifa Hidayah,S.Ag.,SPsi.,M.Si.,Psi, bimbingan konseling islam( Jakarta:PT Bumi Aksara,2009), hal 66
[5] Prof.Dr. H Prayitno, M.Sc.Ed dan Drs.Erman Amti,Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,op.cit hal 261-269
[7] Dewa ketut sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.(Jakarta: Rineka Cipta,2008),hal 60-61.
[8] Drs. Tohirin, M.pd, Bimbingan Dan konseling Di Sekolah Dan Madrasah, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2007), hal 207-208
[9] Ibid, hal 218
[10] Ibid, hal 236-237
[11] Ibid, hal l241-242
[12] Ibid, hal 250-251

3 komentar: