expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 26 Mei 2014

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE BERMAIN Di SD



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
       Di sekolah dasar biasanya banyak siswa menganggap pembelajaran matematika itu sulit, matematika itu menakutkan. Sebagai seorang guru, guru sebagai pendidik dalam pembelajaran harus bisa membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan. Guru harus bisa memilih metode apa yang sesuai dengan siswa di Sekolah Dasar. Siswa Di Sekolah Dasar terkadang jenuh dan mersa bosan dengan pembelajaran matematika. Bagaimana membuat siswa itu bersemangat dalam mengikuti pembelajaran matematika itu adalah tugas seorang guru dalam menghidupkan suasana belajar matematika yang menyenagkan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran dan matematika itu sendiri?
2.      Bagamana minat siswa sekolah dasar dalam pembelajaran matematika?
3.      Metode bermain apakah bisa meningkatkan minat prestasi belajara siswa?

C.    Tujuan penulisan
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pembelajaran dan mengenal apa itu pembelajaran matematika.
2.      Untuk mengetahui bagaimana minat siswa sekolah dasar dalam mengikuti pembelajaran matematika.
3.      Untuk mengetahui seberapa besar metode bermain itu dapat meningkatkan prestasi belajar dan minat siswa sekolah dasar.




















BAB II
PEMBAHASAN
A.    PEMBELAJARAN
       Pembelajaran akan baik apabila hubungan terjadi hubungan baik antara guru dan siswa. Hubungan baik tentunya akan terus berjalan baik apabila teknik yang digunakan oleh guru sebagai pengajar tidak menonton dalam artian guru selalu mengganti model pembelajaran yang cocok untuk diterapakan kepada murid.
Mengajar dilukiskan sebagai proses interaksi antara guru dan murid. Dimana guru mengharapkan anaknya dapat mengetahui pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang benar-benar dipilih oleh guru. Menurut Oemar Hamalik ada lima konsep pembelajaran, yaitu:
1.      Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik atau siswa di sekolah.
2.      Pembelajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan.
3.      Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar peserta didik.
4.      Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.[1]

B.     MATEMATIKA
       Matematika berasal dari bahasa latin manthenien atau mathema yang berarti belajar atau dipelajari. Matematika juga berasal dari bahasa Belanda yang disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Cirri utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh dari sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.[2]
Menurut Kline matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaanya karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam (Reseffendi, 1993: 28). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya.[3]
Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, peluang, dan statistic. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau table. Tujuan pembeljaran matematika itu sendiri adalah :
1.      Melatih cara berpikir nalar dan menarik kesimpulan.
2.      Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penenmuan yang mengembangkan pemikiran difergen, rasa ingin tahu, membuat prediksi serta mencoba-coba.
3.      Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dalam kehi2dupan sehari-hari yang berhubungan dengan hitung menghitung.
4.      Mengembangkan kemampuan menyampaikan secara lisan informasi grafik, peta diagram dalam menjelaskan gagasan.[4]

C.    PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR
Pembelajaran harus memperhatikan pada uraian tentang kegiatan intelektual anak mengenai hal-hal yang bisa dipikirkan pada usia tersebut. Dengan kata lain, guru dalam menerapkan metode pembelajaran perlu memilih metode pembelajaran yang sesuia dengan tahap perkembangan siswa. Kalau guru salah dalam memberikan pembelajarn maka anak tidak akan bisa memahami apa yang diberikan. Siti Partini mengemukakan bahwa pada siswa SD, anak memerlukan kegiatan bekerja dengan objek yang berupa benda-benda konkrit untuk memanipulasi, menyentuh, meraba dan mersakan.[5]
Ini berarti bahwa dalam pembelajran untuk anak SD dapat dilakukan dengan menggunkan media pembelajaran melalui berbagai permainan. Pembelajran matematika di SD hendaknya juga memperhatikan karakteristik siswa SD. Muhibbin Syah mengemukakan bahwa masa anak-anak berlangsung antara 6-12 tahun.[6]
Menurut Basset, Jasca, dan Logan yang dikutip dari Sri Mulyani karakteristik siswa SD secara umum yaitu:
1.      Mereka belajar dengan cara bekerja.
2.      Mereka secara alami memiliki rasa ingin tahu.
3.      Mereka belajar secara efektif ketika mereka mersa puas situasi yang terjadi.
4.      Mereka senang bermain dan mengatur dirinya untuk berbagai hal.
5.      Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berpartisipasi.
Anak pada usia SD mulai berkembang logika system berfikirnya dengan cirri-ciri sebagai berikut[7]:
1.      Daya abstraksinya masih sangat kuat dipengaruhi oleh obyek visual.
2.      Belum dapat merumuskan berbagai alternative penyelesaian masalah.
3.      Dapat memahami objek secara bertahap.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah pembelajaran matematika yang dilaksanakan di SD yang terdiri atas bagian-bagian matematika yang telah telah dipilih berdasarkan pada kurikulum yang yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif anak pada usia SD. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, telah dijelaskan bahwa standar kompetensi kelulusan untuk satuan pendidikan sekolah dasar pada mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut[8] :
1.      Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya,
2.      Memahami bangun datar dan bangun sederhana, unsure-unsur dan sifat-sifatnya serta menerapakan dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah dalam ehidupan sehari-hari.
4.      Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan menggunkannya dalam pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari .

D.    METODE BERMAIN
Bermain adalah segala kegiatan yang dapat menimbulkan kesenagan bagi anak yang dilakukan dengan sukarela tanpa paksaan dan tekanan dari luar[9].
Metode bermain adalah cara atau pendekatan dengan bermain dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Permainan bisa dijadikan sebagai salah satu strategi pembelajaran, karena permainan memegang peranan penting bagi perkembangan anak. Permainan mateamatika di SD pada operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bertujuan untuk menanamkan konsep operasi hitung penjumlahan dan pengurangan serta membentuk keterampilan menjumlah dan mengurang. Permainan matematika dapat digunakan dalam konsep berhitung pada siswa SD yang masih menyenangi permainan.

E.     MINAT
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap sesuatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan tetapi dapat diimplemintasikan melalui partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.[10]
Dalam kamus besar bahasa Indonesia Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu gairah dan keinginan. [11]

F.     PRESTASI BELAJAR
Prestasi belajar menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran untuk memperoleh tujuan tertentu dan untuk mengetahui prestasi yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. [12]
Winkel mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajranya sesuai dengan bobot yang dicapainya.[13]
Jadi upaya untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika pada siswa SD bisa menggunkan metode bermain. Dengan metode bermainanak tidak akan mersa bahwa matematika itu membosankan dan metematika itu sulit. Dengan metode bermain pelaksanaan matematika dengan metode bermain selalu dilaksanakan dengan berkelompok. Pembagian kelompok disesuaikan dengan jumlah siswa dan permainan yang digunakan. Pembelajaran matematika dengan metode bermain siswa merasa senang dalam belajar matematika. Dengan metode bermain dalm pembelajarn matematika maka akan meningkatkan semangat dan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar.

BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Jadi upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika melalui metode bermain di SD adalah usaha untuk meningkatkan minat dan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika di tingkat sekolah dasar.
-          Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik atau siswa di sekolah.
-          matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh dari sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.
-          Pembelajaran matematika di sekolah dasar dengan menggunakan metode bermain untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa disekolah dasar untuk belajar matematika.








DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Kadir. TT.  Panduan KBK Mata Pembelajaran Matematika. Jakarta: CV Irfanfi Putra.
Melini, M Anton. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rahman, S. Hibana. TT. Konsep Dasr Pendidikan Anak usia Dini. Yogyakarta: PGTKI Press.
Sukarman, Herry. 1999. Sekitar Permasalahan Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran guru matematika.
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winkel. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.


[1]Oemar Hamalik, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, ( Jakarta: Bina Aksara, 2003), hal. 58-65.
[2] Kadir, Panduan KBK Mata Pembelajaran Matematika, (Jakarta: CV Irfanfi Putra, TT), hal. 1.
[4] Kadir, Op.cit, hal. 2.
[5]www.Uny.ac.id/sidev/artikelsiti/perkembangan_peserta_didik. Diakses pada hari senin, tanggal 16 Desember 2013 jam 10.10
[6]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 51
[7]Herry Sukarman, Sekitar Permasalahan Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar dan Upaya Pemecahannya, (Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran guru matematika, 1999), hal. 5
[8]Depdiknas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, (Jakarta: Depdiknas, 2006), hal. 2.
[9] Hibana S. Rahman, Konsep Dasr Pendidikan Anak usia Dini, (Yogyakarta: PGTKI Press)
[10] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hal. 132.
[11]Anton. M Melini, kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hal. 2
[12]Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), hal. 895.
[13]Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1996), hal.3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar