BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di sekolah dasar biasanya banyak siswa
menganggap pembelajaran matematika itu sulit, matematika itu menakutkan.
Sebagai seorang guru, guru sebagai pendidik dalam pembelajaran harus bisa
membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan. Guru harus bisa memilih metode
apa yang sesuai dengan siswa di Sekolah Dasar. Siswa Di Sekolah Dasar terkadang
jenuh dan mersa bosan dengan pembelajaran matematika. Bagaimana membuat siswa
itu bersemangat dalam mengikuti pembelajaran matematika itu adalah tugas
seorang guru dalam menghidupkan suasana belajar matematika yang menyenagkan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pembelajaran dan matematika itu sendiri?
2. Bagamana
minat siswa sekolah dasar dalam pembelajaran matematika?
3. Metode
bermain apakah bisa meningkatkan minat prestasi belajara siswa?
C.
Tujuan
penulisan
1. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan pembelajaran dan mengenal apa itu pembelajaran
matematika.
2. Untuk
mengetahui bagaimana minat siswa sekolah dasar dalam mengikuti pembelajaran
matematika.
3. Untuk
mengetahui seberapa besar metode bermain itu dapat meningkatkan prestasi
belajar dan minat siswa sekolah dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PEMBELAJARAN
Pembelajaran akan baik apabila hubungan
terjadi hubungan baik antara guru dan siswa. Hubungan baik tentunya akan terus
berjalan baik apabila teknik yang digunakan oleh guru sebagai pengajar tidak
menonton dalam artian guru selalu mengganti model pembelajaran yang cocok untuk
diterapakan kepada murid.
Mengajar
dilukiskan sebagai proses interaksi antara guru dan murid. Dimana guru
mengharapkan anaknya dapat mengetahui pengetahuan, keterampilan, dan
sikap-sikap yang benar-benar dipilih oleh guru. Menurut Oemar Hamalik ada lima
konsep pembelajaran, yaitu:
1. Pembelajaran
adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik atau siswa di
sekolah.
2. Pembelajaran
adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan.
3. Pembelajaran
adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar peserta
didik.
4. Pembelajaran
adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang
baik.[1]
B.
MATEMATIKA
Matematika berasal dari bahasa latin manthenien
atau mathema yang berarti belajar atau dipelajari. Matematika juga
berasal dari bahasa Belanda yang disebut
wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Cirri
utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan diperoleh dari sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga
kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.[2]
Menurut Kline matematika bukan
pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi
keberadaanya karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan
sosial, ekonomi dan alam (Reseffendi, 1993: 28). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur
yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya.[3]
Matematika
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan
menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, peluang, dan statistic.
Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan
melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika,
diagram, grafik atau table. Tujuan pembeljaran matematika itu sendiri adalah :
1. Melatih
cara berpikir nalar dan menarik kesimpulan.
2. Mengembangkan
aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penenmuan yang
mengembangkan pemikiran difergen, rasa ingin tahu, membuat prediksi serta
mencoba-coba.
3. Mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah dalam kehi2dupan sehari-hari yang berhubungan
dengan hitung menghitung.
4. Mengembangkan
kemampuan menyampaikan secara lisan informasi grafik, peta diagram dalam
menjelaskan gagasan.[4]
C.
PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR
Pembelajaran
harus memperhatikan pada uraian tentang kegiatan intelektual anak mengenai
hal-hal yang bisa dipikirkan pada usia tersebut. Dengan kata lain, guru dalam
menerapkan metode pembelajaran perlu memilih metode pembelajaran yang sesuia
dengan tahap perkembangan siswa. Kalau guru salah dalam memberikan pembelajarn
maka anak tidak akan bisa memahami apa yang diberikan. Siti Partini
mengemukakan bahwa pada siswa SD, anak memerlukan kegiatan bekerja dengan objek
yang berupa benda-benda konkrit untuk memanipulasi, menyentuh, meraba dan
mersakan.[5]
Ini
berarti bahwa dalam pembelajran untuk anak SD dapat dilakukan dengan menggunkan
media pembelajaran melalui berbagai permainan. Pembelajran matematika di SD
hendaknya juga memperhatikan karakteristik siswa SD. Muhibbin Syah mengemukakan
bahwa masa anak-anak berlangsung antara 6-12 tahun.[6]
Menurut
Basset, Jasca, dan Logan yang dikutip dari Sri Mulyani karakteristik siswa SD
secara umum yaitu:
1. Mereka
belajar dengan cara bekerja.
2. Mereka
secara alami memiliki rasa ingin tahu.
3. Mereka
belajar secara efektif ketika mereka mersa puas situasi yang terjadi.
4. Mereka
senang bermain dan mengatur dirinya untuk berbagai hal.
5. Mereka
biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berpartisipasi.
Anak pada usia SD mulai
berkembang logika system berfikirnya dengan cirri-ciri sebagai berikut[7]:
1. Daya
abstraksinya masih sangat kuat dipengaruhi oleh obyek visual.
2. Belum
dapat merumuskan berbagai alternative penyelesaian masalah.
3. Dapat
memahami objek secara bertahap.
Berdasarkan uraian di
atas, pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah pembelajaran matematika
yang dilaksanakan di SD yang terdiri atas bagian-bagian matematika yang telah
telah dipilih berdasarkan pada kurikulum yang yang telah ditentukan dan
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif anak pada usia SD. Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, telah
dijelaskan bahwa standar kompetensi kelulusan untuk satuan pendidikan sekolah
dasar pada mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut[8] :
1. Memahami
konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya,
2. Memahami
bangun datar dan bangun sederhana, unsure-unsur dan sifat-sifatnya serta
menerapakan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Memahami
konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu,
kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah dalam
ehidupan sehari-hari.
4. Memahami
konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan menggunkannya dalam pemecahan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
5. Memiliki
sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari .
D.
METODE
BERMAIN
Bermain
adalah segala kegiatan yang dapat menimbulkan kesenagan bagi anak yang
dilakukan dengan sukarela tanpa paksaan dan tekanan dari luar[9].
Metode
bermain adalah cara atau pendekatan dengan bermain dalam belajar untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Permainan bisa dijadikan sebagai salah satu strategi
pembelajaran, karena permainan memegang peranan penting bagi perkembangan anak.
Permainan mateamatika di SD pada operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
bertujuan untuk menanamkan konsep operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
serta membentuk keterampilan menjumlah dan mengurang. Permainan matematika
dapat digunakan dalam konsep berhitung pada siswa SD yang masih menyenangi permainan.
E.
MINAT
Minat
adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan beberapa aktivitas.
Seseorang yang berminat terhadap sesuatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas
itu secara konsisten. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan
pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh. Minat tidak hanya diekspresikan melalui
pernyataan tetapi dapat diimplemintasikan melalui partisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran.[10]
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu gairah dan keinginan. [11]
F.
PRESTASI
BELAJAR
Prestasi
belajar menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran untuk memperoleh tujuan
tertentu dan untuk mengetahui prestasi yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. [12]
Winkel
mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajranya sesuai dengan
bobot yang dicapainya.[13]
Jadi
upaya untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika pada siswa SD
bisa menggunkan metode bermain. Dengan metode bermainanak tidak akan mersa
bahwa matematika itu membosankan dan metematika itu sulit. Dengan metode
bermain pelaksanaan matematika dengan metode bermain selalu dilaksanakan dengan
berkelompok. Pembagian kelompok disesuaikan dengan jumlah siswa dan permainan
yang digunakan. Pembelajaran matematika dengan metode bermain siswa merasa
senang dalam belajar matematika. Dengan metode bermain dalm pembelajarn matematika
maka akan meningkatkan semangat dan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Jadi
upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika melalui metode bermain
di SD adalah usaha untuk meningkatkan minat dan untuk meningkatkan prestasi
belajar matematika di tingkat sekolah dasar.
-
Pembelajaran adalah upaya menyampaikan
pengetahuan kepada peserta didik atau siswa di sekolah.
-
matematika
adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan
diperoleh dari sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan
antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.
-
Pembelajaran matematika di sekolah dasar
dengan menggunakan metode bermain untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar
siswa disekolah dasar untuk belajar matematika.
DAFTAR
PUSTAKA
Depdiknas.
2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka.
Depdiknas. 2006. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Bina Aksara.
Kadir. TT. Panduan KBK Mata Pembelajaran Matematika. Jakarta:
CV Irfanfi Putra.
Melini,
M Anton. 1996. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rahman, S. Hibana. TT. Konsep Dasr Pendidikan Anak usia Dini. Yogyakarta: PGTKI Press.
Sukarman, Herry. 1999. Sekitar Permasalahan Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar dan Upaya
Pemecahannya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran guru matematika.
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Winkel.
Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar.
Jakarta: Gramedia.
[1]Oemar Hamalik, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan
Mengajar, ( Jakarta: Bina Aksara, 2003), hal. 58-65.
[2] Kadir, Panduan KBK Mata Pembelajaran Matematika, (Jakarta: CV Irfanfi
Putra, TT), hal. 1.
[3]http://haripambudi.blogspot.com/2011/09/hakekat-matematika-dan-pembelajaran.html. hari senin
tanggal 16 desember 2013 jam 10.30.
[4] Kadir, Op.cit, hal. 2.
[5]www.Uny.ac.id/sidev/artikelsiti/perkembangan_peserta_didik. Diakses pada hari senin,
tanggal 16 Desember 2013 jam 10.10
[6]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru,
( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 51
[7]Herry Sukarman, Sekitar Permasalahan Pengajaran Matematika
di Sekolah Dasar dan Upaya Pemecahannya, (Yogyakarta: Pusat Pengembangan
Penataran guru matematika, 1999), hal. 5
[8]Depdiknas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, (Jakarta:
Depdiknas, 2006), hal. 2.
[9] Hibana S. Rahman, Konsep Dasr Pendidikan Anak usia Dini,
(Yogyakarta: PGTKI Press)
[10] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2002), hal. 132.
[11]Anton. M Melini, kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996), hal. 2
[12]Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), hal.
895.
[13]Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia,
1996), hal.3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar