expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 26 Mei 2014

TUJUAN FILSAFAT PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
FILSAFAT dan filosof berasal dari kata Yunani “philosophia” dan “philosophos”. Menurut bentuk kata, seorang philosphos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Sebagian lain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup iku menentukan arah dan tujuan proses pendidikan. Oleh karena itu, filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab, pendidikan sendiri pada hakikatnya merupakan proses pewarisan nilai-nilai filsafat, yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik atau sempurna dari keadaan sebelumnya. Dalam pendidikan diperlukan bidang filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan sendiri adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Jadi jika ada masalah atas pertanyaan-pertanyaan soal pendidikan yang bersifat filosofis, wewenang filsafat pendidikanlah untuk menjawab dan menyelesaikannya.

B.     RUMUSAN MASLAH
a.       Bagaimanakah manusia dengan tujuan hidupnya?
b.      Bagaimana tujuan pendidikan?
c.       Bagaimana tujuan filsafat pendidikan?

C.     TUJUAN PENULISAN
a.       Untuk mengetahui bagaimana manusia dengan tujuan hidupnya.
b.      Mengetahui tujuan pendidikan
c.       Mengetahui tujuan filsafat pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Manusia dan Tujuan Hidupnya
Manusia adalah satu jenis makhluk hidup yang jadi anggota populasi permukaan bumi ini.Ia adalah suatu himpunan yang memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh sekian juta makhluk hidup lainnya. Manusia selama ini hidup selalu berusaha dan berjuang untuk memanfaatkan alam sekitarnya dengan cara menggunakan daya dan tenaga alam untuk kepentingan dirinya. Digunakannya Tanah, air, udara, api, sinar dan lain sebagainya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Lamatterie (1709-1751), seorang filosof perancis mengatakan bahwa tidak ada beda manusia dengan binatang. Sedangkan yang membedakan manusia dengan jenis makhluk lainnya adalah terletak pada sifat-sifat kehidupan rohaninya, yaitu manusia memiliki potensi akal budi. Dengan akal iadapat menghubungkan sebab dan akibat, dapat menghubungkan masa lalu dan masa yang akan datang, dapat mengerti lambang-lambang dan bahasa. Dan dengan akal budi manusia memunyai cita-cita dan tujuan hidupnya.[1]
Tujuan hidup manusia jelas nampak ialah bagaimana memudahkan hidup ini, dan bagaimana menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi suatu negara dan bangsa dan bagaimana melindungi diri dan bangsa mereka dari segala gangguan, hambatan, rintangan, dan marabahaya yang mengancam kelestarian dan kelanggengan serta kelangsungan hidup bangsa itu dari masa ke masa[2]
1.      Tujuan hidup manusia mengalami proses perkembangan
Kehidupan manusia sebagaimana dijelaskan diatas tadi, memerlukan perjuangan yang keras untuk mempertahankan hidup, hidup dengan suasana serba sulit, serba ketakutan, sengsara dan tidak merasakan kebahagiaan hidup .sehingga juga tujuan hidup mereka tidak begitu jelas, atau hampir tidak ada sama sekali. Kehidupan mereka tidak lebih dari hanya untuk mengisi perut, melindungi dirinya dan keluarganya dari serangan binatang buas, marabahaya dan lain sebagainya. Perkembangan kehidupan manusia dalam hidup bermasyarakat hingga sekarang ini menurut Edward Burner Tylor(1832-1917), seorang berkebangsaan inggris, manusia melalui tiga fase perkembangan : from savagery(kekejaman), through barbarism(kebiadaban) to civilization (kepada peradaban­) dan dalam tingkatan manusia berperadaban inilah, manusia mengenal peralatan, mulai mengetahui manfaatnya api untuk membakar dan lain sebagainya. Artinya kehidupan manusia mulai meningkat dan jumlah variasinya bertambah banyak, dan tujuan hidup merekapun semakin bertambah jelas untuk mencari kepuasan, kemakmuran dan kebahagiaan hidup baik dari dirinya sendiri maupun untuk keluarga dan masyarakat disekitarnya, baik lahiriah maupun rohaniahnya.
Dan kini manusia sudah berada pada abad Cybemetica, yakni abad ilmu pengetahuan dan teknologi.Dengan ditandainya abad ini sebagai abad ilmu pengetahuan dan teknologi.Maka manusia merasa lebih mudah, cepat dan lebih merasakan kenikmatan dalam usaha manusia memenuhi kebutuhan hidupnya yang belum pernah dicapai umat manusia berabad-abad sebelumnya.
2.      Tujuan hidup bangsa indonesia
Sejak negara indonesia ini merdeka, tujuan itu telah ada dan jelas, sebagaimana tercantum didalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang menyebutkan bahwa yang menjadi cita-cita kemerdekaan yaitu untuk membentuk suatu pemerintahan negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dan untuk manusia indonesia yang dicita-citakan dan menjadi tujuan hidup bangsa terkandung dalam jiwa pancasila yaitu manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan manusia yang menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Itulah antara lain yang menjadi cita-cita Proklamasi dan cita-cita nasional bangsa Indonesia.
Cita-cita dan tujuan yang lebih terperinci dan terarah yang ingin dicapai untuk membangun manusia indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat indonesia sebagaimana telah dijelaskan dalam pola umum GBHN tentang: Arah Pembangunan Jangka Panjang, sebagai berikut:
a.       Pembangunan Nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
b.      Pembangunan jangka panjang dilaksanakan secara bertahap.
c.       Sasaran utama Pembangunan Jangka panjang adalah terciptanya landasan yang kuat bagi bangsa indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila.
3.      Tujuan hidup manusia menurut pandangan islam
Setiap manusia muslim perlu menyadari tujuan hidup kemudian berusaha untuk menyesuaikan segala aktivitas dan langkah-langkah dalam kehidupannya sehari-hari dengan tujuan hidup yang sesuai dengan tuntutan agama. Orang yangtidak memahami dan menyadari tujuan hidupnya seperti seorang nahkoda kapal yang kehilangan petunjuk arah dalam berlayar di tengah lautan lepas. Dikemudikannya kapal di tengah lautan lepas yang tidak tentu arah , sehingga lama kelamaan bahan bakar habis dan kapal pun karam serta tenggelam ke dasar laut yang amat dalam.
Untuk menentukan tujuan hidup haruslah dipahami terlebih dahulu untuk apa sebenarnya manusia hidup atau diturunkan Allah kemuka bumi ini menurut islam.
Adapun tujuan Allah menjadikan Manusia, Sebagaimana dalam Firman-Nya dalam surat Al-Baqarah 21:
 $pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3­/u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇËÊÈ  

Artinya:
Hai manusia, beribadahlah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu menjadi taqwa atau taat kepada Allah.(QS.Al Baqarah 21)
Sesuai dengan pengertian ayat di atas maka tujuan hidup manusia dan orang-orang beriman ialah beribadah atau mengabdi kepada Allah, yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta Alam Semesta ini.
Dalam sebuah ayat yang lain Allah berfirman:
!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ
  Artinya:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.(QS. Al Bayyinah: 5)
Jadi tujuan hidup kita sebagai manusia muslim adlah menyembah, mengabdi dan berbakti kepada Allah SWT. Artinya bahwa megabdikan diri kepada-Nya harus sesuai dengan kehendak-Nya. Semua aktivitas dalam kehidupan manusia seharusnya sesuai dengan petunjuk dan aturan-Nya, baik dalam kehidupan individu, keluarga, Masyarakat maupun dalam kehidupan bernegara; baik sebbagai masyarakat awam maupun sebagai pejabat penguasa, sebagai orang yang tidak punya maupun sebagai orang jutawan    , baik dalam mencari maupun menafkahkan harta.[3]

B.     Tujuan Pendidikan
Setiap perbuatan pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk menuju kesuatu tujuan dan tujuan-tujuan akhir yang pada umumnya pada esensinya ditentukan oleh masyarakat yang dirumuskan secara singkat dan padat.
a.       Tujuan pendidikan di Indonesia
Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang system pendidikan Nasional bab II Pasal 4, menyebutkan: “pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang  Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesejaheraan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
b.      Fungsi tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan pengertiannya sebenarnya sudah terlingkup didalam pengertian pendidikan sebagai usaha secara sadar yang berarti bahwa usaha tersebut mengalami permulaan dan mengalami pula akhirnya.Ada usaha yang terhenti karena mengalami kegagalan sebelum mencapai tujuan, namun usaha baru berakhir kalau tujuan akhir telah tercapai. Dari pengertian tersebut maka jelas bahwa fungsi tujuan pendidikan yaitu:
1)      Mengakhiri tujuan itu
2)      Mengarahkan tujuan itu
3)      Suatu tujuan dapat pula merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik merupakan tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama.
4)      Memberi nilai pada usaha-usaha itu.
            Brubacher menguraikan fungsi tujuan pendidikan melaksanakan tiga fungsi penting yang semuanya bersifat normative yaitu:
1)      Tujuan pendidikan memberikan arahan pada proses yang bersifat edukatif.
2)      Tujuan pendidikan tidak seharusnya selalu memberi arah pada pendidikan tetapi harus mendorong atau memberikan motivasi sebaik mungkin.
3)      Tujuan pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan pedoman atau menyediakan kriteria-kriteria dalam menilai proses pendidikan.
            Dengan demikian menurut Brubacher bahwa sebelum seseorang mengadakan perubahan kurikulum kemudian tujuan pendidikan tidak hanya akan memberi arah pendidikan tetapi juga harus memberikamn motivasi. Tujuan adala nilai, jika nilai, dihargai dan diinginkan. Tujuan juga mempunyai fungsi menyediakan kriteria-kriteria untuk mengevaluasi proses pendidikan.
c.       Cara menentukan Tujuan Pendidikan
Menurut para ahli pendidkan seperti John S. Brubacher bahwa dapat menetapakn tujuan pendidikan dapat ditempuh tiga cara atau pendekatan yatu:
1)      A Historical Analysis of social institutions approach
Atau pendekatan melalui analisa histori lembaga-lembaga sosial adalah suatu pendekatan yang berorientasi kepada realita yang sudah ada dan yang telah tumbuh sepanjang sejarah bangsa itu.
2)      A Socialogical analysis of current life approach
Yaitu pendekatan yang berdasarkan pada analisa tentang kehidupam yang aktual, dengan pendekatan ini dapat dilukiskan kenyataan kehidupan melalui analisa deskriptif tentang seluruh kehidupan masyarakat baik aktivitas anak-anak, oramg dewasa dan motivasi mereka terhadap aktivitas  tersebut.
3)      Normative philosophy approach
Yaitu pendekatan melalui nilai-nilai filsafat normative seperti filsafat Negara dan moral.
            Jadi dalam menentukan tujuan pendidikan maka filsafat dan pandangan hidup merupakan dasar utama.Dari pandangan hidup dan filsafat hidup itulah kemudian Negara menentukan cita-cita kehidupan dan kehidupan ideologi dari Negara itu biasanya disebut dengan filsafat Negara.
d.      Kriteria Kualifikasi Tujuan Pendidikan
Menurut Dewey ada tiga kriteria buat tujuan pendidikan yang baik, yaitu:
1)      Tujuan yang sudah ada haruslah menciptakan perkembangan yang lebih baik dari pada kondisi yang suadah ada sebelumnya.
2)      Suatu tujuan itu haruslah fleksibel dan dapat diubah-ubah yang disesuaikan menurut keadaan.
3)      Tujuan itu harus menunjukkan kebebasan kegiatan.
                    Tujuan berarti penerimaan tanggung jawab untuk observasi, perkiraan dan persiapan-persiapan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu fungsi pendidikan.Pikiran John Dewey tentang tujuan pendidikan dikemukakan bahwa pendidikan itu pada dasarnya tidak mempunyai tujuan, hanya saja orang-orangnya, para orang tua dan guru-guru lainnya yang mana merekalah sebenarnya yang mempunyai tujuan dan bukanlah ide yang abstrak seperti pendidikan. Atau dengan kata lain bahwa karakteristik tujuan pendidikan yang baik itu antara lain:
1). Suatu tujuan pendidikan harus ditegakkan aktivitas dan keperluan yang sebenarnya dari orang-orang tertentu yang harus dididik.
2). Suatu tujuan haruslah dapat diterjemahkan menjadi suatu metode kerjasama dengan kegiatan-kegiatan anak yang sedang mengalami pengajaran.
3). Dan para pendidik haruslah berhati-hati terhadap tujuan yang nenurut perkiraan bersifat umum.
e.       Sasaran Tujuan dan Tujuan Tertinggi dan pendidikan
Adapun secara umum tujuan pendidikan sebagai dunia cita dirumuskan secara singkat, padat. Rumusan yang padat tentang tujuan pendidikan seperti kematangan dan integritas pribadi, kiranya belumlah memberikan suatu makna yang jelas dan masih kurang bersifat operatif, sehingga menimbulkan bermacam-macam interprestasi mengenai integritas pribadi sebagaimana yang dikemukakan para ahli, antara lain:
4)      Pragmatis, beranggapan bahwa integritas itu tidak pernah final (berakhir).
5)      Kaum religious, berpendapat bahwa kesempurnaan adalah kebijakan kepada Tuhan dan kepada sesama manusia.
6)      Kaum Naturalisme berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan adalah dari potensi-potensi manusia untuk menjadi kenyataan didalam tindakan nyata.
                    Dan ada pula yang merinci tujuan pendidikan dalam bentuk taksonomi (sistem pengklasifikasian yang kumulatif dan mempunyai kronologis waktu), meliputi:
1)      Pembinaan kepribadian (nilai formal)
a)      Sikap
b)      Daya piker praktis rasional
c)      Obyektivitas
d)     Loyalitas kepada bangsa dan ideology
e)      Sadar nilai-nilai moral dan agama
2)      Pembinaan aspek pengetahuan (niali materiil), yaitu materi ilmu itu sendiri.
3)      Pembinaan aspek kecakapan, keterampilan (skill) nilai praktis.
4)      Pembinaaan jasmani yang sehat
Dalam rincian tujuan pendidikan dalam bentuk taksonomi dari klasifikasi tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Benyamin S. Bloom dalam tiga kategori, atau dengan singkat dapat dijelaskan bahwa taksonomi Bloom tersebut  meliputi:
1)      Kemampuan kognitif , yang berhubungan dengan aspek intelektual.
2)      Kemampuan apektif, mengenai aspek emosi.
3)      Kemampuan psikomotor, meliputi aspek keseimbangan antara fisik dan psikis serta keahlian.
                    Berdasarkan uraian diatas telah dapat memberikan gambaran luas tentang lingkup dan tujaun yang dikehendaki oleh pendidikan.Manusia yang dibina melalui pendidikan adalah meningkatkan kualitas titik-titik totalitas seseorang sebagaimana makhluk individual dan makhluk sosial.Artinya pendidikan yang diperlukan harus mampu menumbuhkan dan mengambangkan potensi pribadi dan masyarakat.[4]
C.    Tujuan Filsafat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.[5]
Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan dapat membawa anak kearah tingkat kedewasaan. Artinya membawa anak didik agar dapat berdiri sendiri (mandiri) dalam hidupnya ditengah-tengah masyarakat.
Ada empat macam tujuan pendidikan yang tingkatan dan  luasnya berlainan yaitu tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional dan tujuan kurikuler.
a.       Tujuan Pendidikan Nasional
Yaitu membangun kualitas yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu dapat meningkatkan kebudayaan dengan-Nya sebagai warga Negara yang berjiwa pancasila yang mempunyai semangat dan kesadaran yang tinggi, berbudi pekerti luhur dan berkepribadian yang kuat, cerdas, terampil dan dapat mengembangkan dan menyuburkan tingkat demokrasi, dapat memelihara hubungan yang baik antara sesame manusia dan dengan lingkungannya, sehat jasmani, mampu megembangkan daya estetika, sanggup membangun diri dan masyarakat.
b.      Tujuan Intitusional
Adalah perumusan secara umum pola perilaku dan pola kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga pendidikan.
c.       Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler yaitu untuk mencapai pola perilaku dan pola kemampuan serta keterampilan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga, yang sebenarnya merupakan tujuan intitusional dari oleh bagan pendidikan tersebut.
d.      Tujuan instruksional
Adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa dan anak didik sesudah melewati kegiatan instruksional yang bersangkuatan dengan berhasil[6]
Tujuan filsafat pendidikan yang lainnya yaitu:
1.      Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik dan membangun diri sendiri.
2.      Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri.
3.      Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangna yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan.
4.      Hidup seseorang tersebut dipimpin oleh pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sebab itu mengetahuai pengetahuan-pengetahuan terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri.
5.      Bagi seorang pendidik filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mengenai manusia seperti misalnya ilmu mendidik
Tujuan filsafat pendidikan juga dapat dilihat dari beberapa aliran filsafat pendidikan yang dapat mengembangkan pendidikan itu sendiri yaitu :
1.      Idealisme                     4. Humanisme
2.      Realisme                      5. Behaviorisme
3.      Pragmatisme                6. konstruktivisme[7]











BAB III
SIMPULAN
            Tujuan hidup manusia jelas nampak ialah bagaimana memudahkan hidup ini, dan bagaimana menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi suatu negara dan bangsa dan bagaimana melindungi diri dan bangsa mereka dari segala gangguan, hambatan, rintangan, dan marabahaya yang mengancam kelestarian dan kelanggengan serta kelangsungan hidup bangsa itu dari masa ke masa
Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang system pendidikan Nasional bab II Pasal 4, menyebutkan: “pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang  Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesejaheraan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan filsafat pendidikan juga dapat dilihat dari beberapa aliran filsafat pendidikan yang dapat mengembangkan pendidikan itu sendiri yaitu :
1.      Idealisme              
2.      Realisme               
3.      Pragmatisme
4.      Humanisme
5.      Behaviorisme
6.      konstruktivisme                



DAFTAR PUSTAKA

Indar, Djumbersyah. 1994.  Filsafat Pendidikan. Surabaya: Karya Abditama

Jalalluddin dan Abdullah. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya media Pratama.

Noorsam, Muhammad. 1986. Filsafat Kependidikan dan dasar filsafat kependidikan pancasila, Surabaya Usaha Nasional.

Prasetya.1997. Filsafat Pendidikan.Bandung: CV Pustaka Setia.




[1]Drs.H.M. Djumberansyah Indar.Filsafat Pendidikan. (Surabaya: Karya  Abditama, 1994)h. 75
[2] Drs. Prasetya. Filsafat Pendidikan. (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997) h.178
[3]Drs.H.M. Djumberansyah Indar.Op. Cit.h. 77-82
[4]Drs H. M. Djumberansyah Indar, M.1Pd. Filsafat Pendidikan.(Surabaya: Karya Abditama. 1994)h. 84-95. 
[6]Jalalluddindan  Abdullah  Idi, Filsafat Pendidikan, Jakarta, Gaya media Pratama, 1997.hal.116-120.

[7] Muhammad  Noorsam,  Filsafat  Kependidikan  dan  dasar  filsafat  kependidikan  pancasila,  Surabaya Usaha Nasional. 1986, hal 52


Tidak ada komentar:

Posting Komentar